Selasa, 11 Mei 2010

Tafsiran Ulangan 16

A. Teks Ibrani Kitab Ulangan 16:1-17

xs;P,ê t'yfiä['w> bybiêa'h' vd 1

^yh,²l{a/ hw"ôhy> ^øa]yci’Ah bybiªa'h'( vd

`hl'y>l") ~yIr:ßc.Mimi

rx:åb.yI-rv,a] ‘~AqM'B; rq"+b'W !acoå ^yh,Þl{a/ hw"ïhyl; xs;P,² T'x.b;îz"w> 2

`~v'( Amßv. !KEïv;l. hw"ëhy>

tACßm; wyl'î['-lk;aTo) ~ymi²y" t[;îb.vi #meêx' ‘wyl'[' lk;Ûato-al{ 3

rKoªz>Ti ![;m;äl. ~yIr:êc.mi #r

`^yY<)x; ymeîy> lKoß ~yIr:êc.mi #r

!yliäy"-al{w> ~ymi_y" t[;äb.vi ^ßl.buG>-lk'B. rao°f. ^ïl. ha,’r"yE-al{)w> 4

`rq,Bo)l; !AvßarIh' ~AYðB; br<[,²B' xB;îz>Ti rv,’a] rf'ªB'h;-!mi

hw"ïhy>-rv,a] ^yr<ê['v. dx;äa;B. xs;P'_h;-ta, x:Boåz>li lk;ÞWt al{ï 5

`%l") !tEïnO ^yh,Þl{a/

Amêv. !KEåv;l. ‘^yh,’l{a/ hw"Ühy> rx;’b.yI-rv,a] ~AqúM'h;-la,-~ai( yKiû 6

^ït.ace( d[eÞAm vm,V,êh; aAbåK. br<['_B' xs;P,Þh;-ta, xB;îz>Ti ~v'²

`~yIr")c.Mimi

AB+ ^yh,Þl{a/ hw"ïhy> rx:±b.yI rv<ïa] ~Aq§M'B; T'êl.k;a'äw> ‘T'l.V;biW 7

`^yl,(h'aol. T'Þk.l;h'w> rq,Boêb; t'ynIåp'W

hw"åhyl; ‘tr 8

s `hk'(al'm. hf,Þ[]t; al{ï ^yh,êl{a/

rPoês.li lxeäT' hm'êQ'B; ‘vmer>x, lxeÛh'me %l"+-rP's.Ti t[oßbuv' h['îb.vi 9

`tA[)buv' h['Þb.vi

rv<åa] ^ßd>y" tb;îd>nI tS;²mi ^yh,êl{a/ hw"åhyl; ‘tA[buv' gx;Û t'yfiø['w> 10

`^yh,(l{a/ hw"ïhy> ^ßk.r rv<ïa]K; !TE+Ti

^åD>b.[;w> é^T,biW ^ån>biW hT'’a; ^yh,ªl{a/ hw"åhy> ŸynEåp.li T'úx.m;f'w> 11

rv<åa] hn"ßm'l.a;h'w> ~AtïY"h;w> rGE±h;w> ^yr<ê['v.Bi rv<åa] ‘ywILeh;w> è^t,m'a]w:

`~v'( Amßv. !KEïv;l. ^yh,êl{a/ hw"åhy> ‘rx;b.yI rv<Üa] ~AqªM'B; ^B<+r>qiB.

~yQIßxuh;¥-ta, t'yfiê['w> T"år>m;v'w> ~yIr"+c.miB. t'yyIßh' db,[,î-yKi T'êr>k;z"åw> 12

p `hL,ae(h'

`^b<)q.YImiW ^ßn>r>G"mI) ^êP.s.a'’B. ~ymi_y" t[;äb.vi ^ßl. hf,î[]T; tKo±Suh; gx;ó 13

ywI©Leh;w> ^t,êm'a]w: ^åD>b.[;w> ‘^T,’biW ^Ün>biW hT'’a; ^G<+x;B. T'Þx.m;f'w> 14

`^yr<(['v.Bi rv<ïa] hn"ßm'l.a;h'w> ~AtïY"h;w> rGE±h;w>

rx:åb.yI-rv,a] ~AqßM'B; ^yh,êl{a/ hw"åhyl; ‘gxoT' ~ymiªy" t[;äb.vi 15

hfeä[]m; ‘lkob.W ‘^t.a'(WbT. lkoÜB. ^yh,ªl{a/ hw"åhy> ^úk.r yKiä hw"+hy>

`x;me(f' %a:ï t'yyIßh'w> ^yd<êy"

hw"åhy> ŸynEåP.-ta, ^ør>Wkz>-lk' ha,’r"yE hn"³V'B; Ÿ~ymiä['P. vAlåv' 16

tA[ßbuV'h; gx;îb.W tAC±M;h; gx;óB. rx'êb.yI rv<åa] ‘~AqM'B; ^yh,ªl{a/

`~q")yrE hw"ßhy> ynEïP.-ta, ha,²r"yE al{ôw> tAK+Suh; gx;äb.W

s `%l")-!t;n") rv<ïa] ^yh,Þl{a/ hw"ïhy> tK;²r>biK. Ad+y" tn:åT.m;K. vyaiÞ 17

B. Pendahuluan

Berdasarkan pembagian kitab Ulangan yang dilakukan Craigie, Ulangan 16 masuk pada bagian ke 4 yaitu mengenai Peraturan-peraturan Khusus (Pasal 12 - 26). Dalam Ulangan 16:1-17, secara khusus Musa meringkaskan kembali dan menegaskan tentang tiga hari raya utama orang Yahudi, yaitu Hari Raya Paskah, Hari Raya Roti tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun. Hal ini penting untuk disampaikan kepada generasi kedua dari umat Israel yang keluar dari tanah Mesir, yang siap untuk memasuki tanah perjanjian.

Penegasan Musa kepada umat Israel untuk merayakan ketiga hari raya utama ini sesuai dengan perintah Tuhan yang bertujuan:

1. Sebagai pertemuan kudus umat Tuhan (Im. 23:2).

2. Sebagai peringatan akan perbuatan besar yang dilakukan Allah dari Mesir hingga ke tanah perjanjian (Ul.16:1, 3, 6).

3. Sebagai persiapan bagi bangsa Israel memasuki tanah perjanjian supaya tetap mengingat apa yang telah dikerjakan Tuhan bagi mereka (Kel. 12:24-27; Ul 8:11-16).

4. Sebagai simbol dan bayangan dari hidup dan karya Mesias yang akan datang (Kol. 2:16-17; Ibr. 10:1).

Menurut Craigie, ini memiliki tujuan yang berkaitan dengan masa lampau dan masa yang akan datang.

“….both the past and the future provide an important part of the perspective. The exodus from Egypt is the period from Israel’s past history which finds continuing commemoration in the festival (v.v. 1, 3, 6). The future is anticipated by the reference to the place (that the Lord shall choose, v.2) in the promised Land in which the festival would be celebrated; the place is not specified geographically, but is identified as the place in which the sanctuary of the Lord would be located. The first celebration of the Passover within the promised land is described in Josh.5:10-12 [1].

C. Tafsiran

Dalam tafsiran ini kami membagi berdasarkan pembahasan tiga hari raya yang ada:

1. Hari Raya Paskah dan Roti Tidak Beragi (1 – 8)

Kata ‘rAmv' bentuk kata kerja qal infinitive absolute. Kata ini memiliki beberapa pengertian: 1. watch, guard, 2. be careful about, protect; 3. save, retain: 4. observe, watch, 5. carefully, attentively: 6. keep watch, stand guard: 7. observe, keep.

Dalam hal ini kami memilih definisi yang ke 4, yang kami terjemahkan dengan mengamati, memperhatikan. Karena orang Israel sudah tahu bahwa pada bulan Abib, mereka harus merayakan Paskah dan hari raya Roti tidak Beragi. Pada waktu itu belum ada penanggalan modern seperti sekarang, karena itu mereka harus mengamati dan memperhatikan penanggalan berdasarkan bulan (band. dengan umat Muslim).

Selain berkaitan dengan hal tersebut di atas, bulan Abib menjadi acuan bagi mereka, karena pada waktu bangsa Israel keluar dari Mesir terjadi pada bulan Abib[2].

xs;P,ê t'yfiä['w> Kata t'yfiä['w> berasal dari kata w> konsekutif + kata kerja qal perfek dua maskulin singular dari hf'[' yang berarti: to do, make. Bagi kami kedua pengertian ini menunjuk kepada perintah untuk merayakan Paskah yang tidak berbeda dengan terjemahan LAI.

Paskah (Ibrani חספPESAKH), berasal dari kata kerja חספPASAKH yang artinya 'melewatkan' dengan makna 'menyelamatkan' (Keluaran 12:13, 27 dst). Jelas, pandangan yg mengatakan bahwa Allah secara harfiah 'melewati' rumah-rumah orang Israel yg sudah berlabur darah dan membunuh orang-orang Mesir, mempunyai makna yang cocok. Istilah Paskah dipakai baik untuk perayaan maupun untuk hewan korban[3].

Perayaan Paskah yg digambarkan dalam Ulangan pasal 16 dalam beberapa segi yang penting berbeda dari perayaan Paskah dalam Keluaran 12. Tekanan diberikan kepada darah yang menghilang; upacara yang khas bersifat rumah tangga sudah menjadi suatu persembahan resmi pada pusat tempat.kudus, dengan adanya pilihan yang agak lebih luas tentang binatang korbannya. Ayat 7, menyebut 'memasak' bukan memanggang korban itu. Hari Raya Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi, yang di sini disebut roti penderitaan, sudah dibaurkan lebih seksama dibandingkan dalam Keluaran. Ini merupakan perkembangan, peristiwa itu diubah menjadi peringatan, bukan pertentangan; lagi pula cocok dengan bukti PB.

Ada perbedaan perayaan Paskah menurut Keluaran dan Ulangan. Hal ini terjadi oleh karena situasi yang sudah berbeda.

Perbandingan Paskah dalam Keluaran dan Ulangan

Paskah dalam Keluaran (Kel. 12:1-28)

Paskah dalam Ulangan (Ul. 16:1-8)

- Pelaksana : kaum keluarga

- Pelaksana : kolektif sebagai bangsa

- Tempat : di rumah masing-masing

- Tempat : di tempat yang ditentukan Tuhan

- Korban : harus dibakar

- Korban : tidak harus dibakar

- Darah korban : dioles di tiang dan am-bang pintu

- Darah korban : dicurahkan

Paskah di Mesir (Keluaran) dilaksanakan secara pribadi atau dalam keluarga masing-masing, sedangkan dalam Ulangan dilaksanakan secara kolektif sebagai satu bangsa. Hal ini ditegaskan ole Craigie bahawa:

In Egypt, the Israelites had been a number of families under the suzerainty of a worldly power. After the exodus and forming of the covenant at Sinai, Israel became a single nation, the family of God…….[4]

Di tempat yang akan dipilih TUHAN untuk membuat nama-Nya diam di sana. Menjadi pertanyaan mengapa harus dirayakan di tempat yang dipilih TUHAN? Selain supaya tempat itu nantinya untuk membuat nama-Nya diam di sana, tetapi juga untuk mengumpulkan umat Israel di suatu tempat tertentu. Merrill menegaskan bahwa:

It presupposed conquest and occupation that would result in widespread settlement. So great would be the distances from far-flung parts of the nation to any central place that long journeys would be required [5].

Hari Raya Roti tidak Beragi dalam bahasa Ibrani disebut tACßM;h; gx;î. Disebut Hari Raya Roti tidak Beragi karena selama 7 hari, yaitu mulai tanggal 15 – 21 Abib / Nisan semua orang Israel tidak boleh membuat dan memakan roti yang beragi. Tujuan perayaan Hari Raya Roti tidak Beragi ini adalah untuk mengingat kembali peristiwa bangsa Israel diusir dari Mesir sehingga mereka harus tergesa-gesa meninggalkan Mesir (Kel. 12:39) dan tidak sempat membuat roti beragi.

The bread they were confined to is here called bread of affliction, because neither grateful to the taste nor easy of digestion, and therefore proper to signify the heaviness of their spirits in their bondage and to keep in remembrance the haste in which they came out, the case being so urgent that they could not stay for the leavening of the bread they took with them for their march.[6]

Hari pertama dan hari ketujuh dari perayaan Roti tidak Beragi, harus diadakan pertemuan kudus. Selama tujuh hari mereka harus mempersembahkan 14 belas ekor lembu jantan, 7 ekor domba jantan dan 49 ekor anak domba dan 7 ekor kambing.

2. Hari Raya Tujuh Minggu atau Pentakosta (9-12)

Hari Raya Tujuh Minggu ini disebut juga Hari Raya Menuai dan Hari Raya Bungaran (Keluaran 23:16; 34:22; Bilangan 28:26). Kemudian, hari itu dikenal sebagai Hari Raya Pentakosta karena dirayakan pada hari ke-50 dihitung dari hari sabat permulaan Hari Raya Paskah. Hari ini ditandai dengan perkumpulan atau pertemuan kudus dan mempersembahkan korban-korban.
Hari Raya Pentakosta dirayakan pada hari kelima puluh sesudah Paskah, bertepatan waktunya dengan hari raya tuaian; pada hari itu, sehabis "tujuh minggu" (inilah kira-kira waktu penuaian) dipersembahkan "hasil pertama bumi; inilah pesta "buah-buah pertama", hari raya ketujuh minggu. Pada hari raya ini kita ketahui terjadinya pencurahan Roh Kudus dan Yesus Kristus adalah Pembaptis dengan Roh Kudus.

Kata bersukaria T'úx.m;f'w> qal perfek orang kedua maskulin tunggal dari kata xm;f' menurut kami LAI secara tepat menterjemahkan bersukaria. Salah satu tema dalam Ulangan bahwa perayaan itu adalah perayaan sukacita di hadapan TUHAN, yang melibatkan budak-budak untuk mengingat peristiwa yang dikerjakan oleh Tuhan, karena mereka dulu pernah menjadi budak di Mesir.

The most disadvantaged among them were, in fact, especially to be welcomed, for Israel must remember the own bondage in Egypt and how the Lord had freed them so that now they could enjoy such blessings (v.12)[7]

Sukacita dalam persekutuan secara bersama-sama ini juga mengingatkan orang-orang Israel bahwa dahulu mereka terpisah-pisah dan tercerai-berai.

3. Hari Raya Pondok Daun (13 – 17)

Hari Raya Pondok Daun adalah sebuah hari raya Yahudi; merupakan perayaan pengucapan syukur atas hasil panen. Pada perayaan itu orang-orang Israel tinggal dalam pondok-pondok yang terbuat dari daun sebagai peringatan akan zaman pengembaraan dalam padang belantara (Imamat 23:33-44).

Biasanya orang Yahudi membangun kemah atau tenda yang beratapkan daun palm atau paling tidak ada daun palm di kemahnya. Dan ada satu kemah sebagai tempat pertemuan kudus dan temapt mempersembahkan kurban-kurban. Kemah ini adalah tempat ibadah sentral yang dapat dipindah-pindahkan oleh bangsa Israel sejak masa mereka meninggalkan Mesir setelah peristiwa Exodus (pembebasan dari Mesir), hingga masa para hakim ketika mereka terlibat dalam upaya penaklukan negeri Kanaan, hingga unsur-unsurnya dijadikan bagian dari Bait Allah yang final di Yerusalem sekitar abad ke-10 SM [8].

Dari ayat 14, dinyatakan bahwa hari raya ini harus diikuti oleh semua orang yang ada di dalam rumah, sehingga perayaan ini tidak terbatas hanya bagi orang Yahudi atau mereka yang sudah masuk agama Yahudi.

Hari Raya Pondok Daun inilah yang menjadi puncak dari hari raya tujuh minggu atau Pentakosta[9].

Pada hari yang ketujuh Imam akan mencurahkan air yang diambil dari kolam Shiloam dan umat Israel akan bersorak-sorai dan menyanyikan Mazmur 113-118. Makna pencurahan air ini merupakan harapan akan adanya hujan di tahun yang akan datang dan sekaligus harapan prophetik akan adanya penebusan oleh Mesias di masa yang akan datang dan Tuhan berkemah diantara bangsaIsrael. Dalam perayaan tersebut akan dibacakan Yesaya 12:3 sbb, “Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan”. Maka pencurahan air tersebut bermakna pencurahan keselamatan.

Menariknya, Mesias pun merayakan ini dan menghubungkan peristiwa pencurahan air di Bait Suci kepada diri-Nya, saat Dia berkata dalam Yohanes 7:37-39 sbb: “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.

Dalam ayat 16-17 Musa menegaskan kembali kepada setiap laki-laki dari bangsa Israel harus menghadap Tuhan dalam atau harus merayakan tiga hari raya bsar yang telah disebutkan yaitu hari raya Paskah dan Roti tidak Beragi, hari raya Tujuh Minggu atau Pentakosta dan hari raya Pondo Daun. Dalam perayaan-perayaan tersebut, setiap laki-laki atau kepala keluarga dari bangsa Israel tidak boleh menghadap Tuhan dengan tangn hampa tetapi harus membawa persembahan sesuai dengan berkat yang telah Tuhan berikan kepada mereka.

D. Kesimpulan dan Implikasi

1. Ketiga hari raya ini untuk mengingatkan orang Israel akan apa yang telah dikerjakan Allah, sehingga kemampanan di tanah perjanjian tidak menjadikan mereka melupakan Tuhan.

Secara spesifik Hari Raya Paskah dan Roti tidak Beragi, mengingatkan Israel akan peristiwa pembebasan yang dilakukan TUHAN di Mesir dan bagaimana Tuhan melewati rumah-rumah orang Yahudi, sementara rumah-rumah orang Mesir ditulahi. Sedangkan Hari Raya Tujuh Minggu dan Hari Raya Pondok Daun adalah untuk mensyukuri berkat-berkat yang diberikan TUHAN melalui hasil tanah mereka.

2. Darah domba di Mesir menyelamatkan orang-orang Israel dari tulah kematian anak sulung, menggambarkan akan domba paskah (Yesus) yang dikorbankan untuk menyelamatkan umat-Nya dari hukuman dosa atau maut.

3. Paskah dan hari raya roti tidak beragi yang dirayakan bangsa Israel di padang gurun dan di tanah Kanaan telah digenapi dalam paskah yang dirayakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya (Mat.26:26, 28) di mana Yesus berkata inilah tubuh-Ku dan inilah darah-Ku, sehingga kita sebagai umat Tuhan, merayakan paskah bukan lagi untuk mengingat perbuatan Tuhan bagi orang Israel yang keluar dari Mesir dan penggembaraan mereka di padang gurun, tetapi perayaan paskah kita adalah untuk mengingat kematian Kristus sebagai Anak Domba Paskah yang telah mengorbankan diri-Nya satu kali untuk selama-lamanya (Rm. 6:10, 1 Kor. 5:7-8, Ibr. 9:12).

4. Hubungan perayaan hari raya tujuh minggu dengan Pentakosta yaitu: Bangsa Israel merayakan hari raya tujuh minggu atau Pentakosta sebagai hari raya panen pertama atau awal penuaian. Dalam perayaan Pentakosta di Yerusalem, makna Pentakosta yaitu penuaian pertama ini digenapi melalui pencurahan Roh Kudus. Sebagaimana di Gunung Sinai Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya dan mendirikan suatu perjanjian yang baru sebagai awal terbentuknya satu bangsa atau umat Israel, demikian juga pada saat hari raya Pentakosta Tuhan mencurahkan Roh Kudus dan terbentuklah umat Tuhan (gereja).

5. Hari Raya Pondok Daun yang dirayakan umat Israel sesuai dengan perintah Tuhan, selain sebagai pengucapan syukur kepada Tuhan sehabis panen, juga agar orang Israel mengingat bahwa selama pengembaraan mereka di padang gurun mereka tinggal di pondok-pondok, sekaligus menggambarkan kehadiran Tuhan bersama dengan mereka. Bagi kita sebagai umat Tuhan, sekarang tidak ada petunjuk mengenai hari raya ini, namun dalam kehidupan sehari-hari harus selalu mengucap syukur atas berkat-berkat Tuhan di dalam keluarga maupun jemaat. Perayaan pondok daun juga sebagai gambaran bahwa kita hidup dalam dunia sementara dan sedang menuju ke hidup yang penuh sukacita. Jadi maka perayaan pondok daun bersifat Eskatologis.



[1] P.C. Craigie, The New International Commentary on the Old Testament the Book of Deuteronomy, ………p. 241.

[2] Bulan Abib (Ibrani, אביב - 'AVIV), yang kemudian disebut bulan Nisan (Ibrani, נִיסָן - NISAN), adalah bulan musim menuai dan waktu terjadinya Paskah pertama, dijadikan bulan pertama dari tahun Yahudi sebagai penghormatan (Keluaran 12:2; Ulangan 16:1; bandingkan Imamat 23:5; Bilangan 9:1-5; 28:16).

[3] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996, hlm. 205.

[4] P.C. Craigie, The New International Commentary on the Old Testament the Book of Deuteronomy, ………p. 242

[5] Eugene H. Merrill, NIV The New American Commentary; Broatman and Holmann Publisher; 1994; p. 252

[6] Matthew Henry, Commentary ……………..,

[7] Merrill, Op. Ci; p. 254

[8] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (A-L), Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996, hlm. 367.

[9] Merrill, Op. Cit; p. 255

2 komentar: